Subscribe:

Pages

Diary kecil Ega

Minggu, 11 Oktober 2015

Tugas PKM (PMJ)

RINGKASAN

Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner, akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan.
Minyak yang telah dipakai sering disebut minyak jelantah, kandungan LTJ (Lemak Tak Jenuh)-nya memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama saja, sementara yang tinggi ALJ (Asam Lemak Jenuh)- nya bisa lebih lama lagi, meski pada akhirnya akan rusak juga. Oleh karena itu, penggunaan minyak jelantah hanya bisa digunakan hingga 4 kali penggunaan. Proses penggorengan sebagian ikatan rangkap akan menjadi jenuh. Penggunaan dengan jangka lama dan berkali-kali dapat
Menyebabkan ikatan rangkap teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik.


Tanda awal dari kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan saat   makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng jelantah. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh ataua krolein.
 Solusi dari pelarangan penggunaan minyak jelantah ternyata bukan dengan cara membuangnya karena dengan membuang minyak jelantah dapat menimbulkan masalah baru bagi lingkungan. Membuang minyak jelantah harus dilakukan dengan hati-hati. Membuang minyak jelantah ternyata dapat menyumbat saluran air dan dapat menjadi polusi bagi lingkungan. Pada penelitian ini, untuk lebih meningkatkan nilai ekonomisnya minyak jelantah akan dicoba untuk dimurnikan kembali kemudian akan dimanfaatkan untuk dapat menghasilkan sabun dengan ekstrak apel yaitu jenis sabun yang dapat menghasilkan busa yang lebih lembut di kulit dan dengan aroma apel yang khas.







 BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolah bahan makanan. Minyak goreng sebagai media penggoreng sangat penting dan kebutuhannya semakin meningkat. Sekarang, krisis minyak goreng nyaris merata di seluruh kota hal ini menyebabkan harga minyak melambung. Keadaan ini mendesak masyarakat memakai ulang minyak goreng yang telah dipakai untuk menghemat pengeluaran rumah tangga. Padahal minyak goreng yang telah dipakai secara terus-menerus mengalami penurunan kualitas.
Minyak yang telah dipakai sering disebut minyak jelantah, kandungan LTJ (Lemak Tak Jenuh)-nya memiliki ni lai tambah hanya pada gorengan pertama saja, sementara yang tinggi ALJ (Asam Lemak Jenuh)- nya bisa lebih lama lagi, meskipada akhirnya akan rusak juga. Oleh karena itu, penggunaan minyak jelantah hanya bisa digunakan hingga 4 kali penggunaan. Proses penggorengan sebagian ikatan rangkap akan menjadi jenuh. Penggunaan dengan jangka lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik.
Minyak goreng memang sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Makanan yang digoreng biasanya lebih lezat dan gurih, tanpa membutuhkan tambahan bumbu bermacam-macam. Dengan demikian, menggoreng adalah cara yang paling praktis untuk memasak(Arini, 1999).
Dalam proses penggorengan, minyak goreng berperan sebagai media untuk perpindahan panas yang cepat dan merata pada permukaan bahan yang digoreng (Maskan, 2003). Penggunaan minyak goreng secara kontinyu dan berulang-ulang pada suhu tinggi (160 - 180°C) serta adanya kontak dengan udara dan air pada proses penggorengan akan mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang komplek dalam minyak dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi. Minyak goreng juga mengalami perubahan warna dari kuning menjadi warna gelap. Reaksi degradasi ini menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak dapat dipakai lagi dan harus dibuang (Maskan, 2003).
Produk reaksi degradasi yang terdapat dalam minyak ini juga akan menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan (Lee, 2002). Walaupun menimbulkan dampak yang negatif, penggunaan jelantah, atau minyak goreng yang telah digunakan lebih dari sekali untuk menggoreng (minyak goreng bekas), adalah hal yang biasa di masyarakat. Sebagian orang berpendapat makanan yang dicampur jelantah lebih sedap. Sebagian lagi karena keterdesakan ekonomi, apalagi masa-masa krisis seperti sekarang ini.
     Solusi dari pelarangan penggunaan minyak jelantah ternyata bukan dengan cara membuangnya karena dengan membuang minyak jelantah dapat menimbulkan masalah baru bagi lingkungan. Membuang minyak jelantah harus dilakukan dengan hati-hati. Membuang minyak jelantah ternyata dapat menyumbat saluran air dan dapat menjadi polusi bagi lingkungan. Dalam upaya menyelamatkan lingkungan berkaitan dengan barang bekas pakai ada tiga metode yang dapat dilakukan yaitu, Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (pengolahan kembali)
Proses reuse tidak mungkin dilakukan untuk masalah minyak jelantah mengingat efek negative yang ditimbulkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Usaha yang dapat dilakukan adalah metode Reduce dan Recycle. Proses recycle minyak jelantah dapat dilakukan dengan mengolah kembali minyak jelantah menjadi barang yang tetap memiliki nilai ekonomis. Minyak jelantah dapat mengalami pengolahan kembali menjadi bahan bakar ataupun menjadi sabun. Teknologi pembuatan minyak jelantah menjadi bahan bakar biodiesel telah ditemukan termasuk di Indonesia tepatnya di Kota Bogor (Hiroshi, 2005). Seperti halnya pengolahan minyak jelantah untuk bahan bakar, pengolahan minyak jelantah untuk sabun juga telah ditemukan. Tetapi keunikan dari pembuatan sabun dari minyak jelantah kelompok kami adalah aroma apple yang harum. Sabun itu dibuat dengan cara mereaksikan minyak dengan basa. Berbagai jenis minyak dapat digunakan dalam pembuatan sabun, dan dengan penjernihan kembali minyak jelantah, seharusnya minyak tersebut tetap dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun.
Pada penelitian ini, untuk lebih meningkatkan nilai ekonomisnya minyak jelantah akan dicoba untuk dapat menghasilkan sabun transparan yaitu jenis sabun yang dapat menghasilkan busa yang lebih lembut di kulit serta penampakannya unik dan berkilau (Suryani, 2001). Pembuatan minyak jelantah menjadi sabun transparan diharapkan dapat  lebih meningkatkan nilai ekonomisnya, dibandingkan dengan dibuat menjadi sabun biasa.
       Penilitian tentang pembuatan sabun transparan dengan menggunakan minyak kelapa sawit telah dilakukan. Pada penelitian tersebut telah diperoleh formulasi terbaik dari minyak kelapa sawit untuk dapat dibuat menjadi sabun transparan (Sugiawati , W., 2007; Suryani, 2001). Hasil penelitian tersebut akan dijadikan pedoman untuk membuat sabun transparan dengan menggunakan minyak jelantah sebagai bahan dasar menggantikan minyak kelapa sawit.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diketahui bahwa pengolahan ulang minyak jelantah menjadi barang bernilai ekonomis mendesak untuk melakukan pencegahan dalam rangka penggunaan minyak jelantah oleh masyarakat. Dari latar belakang tersebut kita membuat perumusan yang harus dipecahkan :
1.    Bagaimana metode pengolahan untuk menjernihkan kembali minyak jelantah ?
2.    Bagaimana cara pembuatan sabun dari minyak jelantah?
3.    Bagaimana pengaruh ekstrak apel dalam minyak jelantah?

1.3  Tujuan Penelitian

1.    Mendapatkan metode pengolahan untuk menjernihkan kembali minyak jelantah
2.    Menghasilkan cara alternatif untuk membuat sabun dari minyak jelantah.
3.    Untuk mengetahui pengaruh ekstrak apel dalam minyak jelantah.

 1.4   Luaran yang Diharapkan

1.    Untuk menambah wawasan kepada khalayak umum tentang pemanfaatan minyak jelantah.
2.    Mengenalkan salah satu alternatif pemurnian minyak goreng bekas menggunakan zat zeolit atau filter sederhana untuk  pemurnian minyak jelantah.
3.    Membantu masyarakat untuk memaksimalkan minyak jelantah sebagai bahan pembuatan sabun ekstrak apel.
4.    Terciptanya iklim kerjasama yang baik dan saling menguntungkan antara pengusaha kecil di masyarakat dengan lembaga Perguruan Tinggi, dalam hal ini direncanakan untuk jangka panjang mahasiswa jurusan Kimia melalui UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) akan memproduksi sabun transparan dalam skala besar, kemudian dijual ke masyarakat.

  1.5    Manfaat Penelitian

Bagi kelompok khalayak masyarakat umum kegiatan ini secara langsung dapat dirasakan dan sangat berguna untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilannnya dalam memurnikan minyak goreng bekas dengan menggunakan zat zeolit serta dapat memanfaatkan minyak jelantah sebagai sabun yang dapat meningkatkan nilai ekonomis. Bagi Pemerintah Daerah dan Instansi terkait, terutama dinas Kesehatan, kegiatan ini merupakan bentuk pembinaan yang secara tidak langsung meringankan beban tugas dan fungsinya. Sementara itu bagi pelaksana kegiatan (mahasiswa dan dosen) akan bermanfaat dalam pengembangan ilmu terapan di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1.  Limbah Minyak Goreng (Minyak jelantah)
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner, akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. (Wikipedia, 2009).
Bila dilihat dari segi bahaya penggunaanya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Artika tahun 2009, menyebutkan bahwa minyak goreng yang digunakan berulang kali supaya tidak digunakan lebih dari 2 kali. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kandungan asam lemak yang mulai mengalami peningkatan pada saat penggunaan yang kedua.

2.3.  Akibat Penggunaan Minyak Goreng Berulang-kali
Menurut Ketaren (2005), tanda awal dari kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan saat mengkonsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng jelantah. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein. Skema proses terbentuknya akrolein:


                                                                                    H
                                                                                                            
                                                                                 
                                                                                         
                                                                                

Menurut Ketaren yang dikutip dari Ayu (2009) tingginya kandungan asam lemak tak jenuh menyebabkan minyak mudah rusak oleh proses penggorengan (deep frying), karena selama proses menggoreng minyak akan dipanaskan secara terus menerus pada suhu tinggi serta terjadinya kontak dengan oksigen dari udara luar yang memudahkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak.
Hal ini juga di perjelas melalui penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2009) tentang pengaruh suhu dan lama proses menggoreng (deep frying) terhadap pembentukan asam lemak trans. Asam lemak trans (elaidat) baru terbentuk setelah proses menggoreng (deep frying) setelah pengulangan ke-2, dan kadarnya akan semakin meningkat sejalan dengan penggunaan minyak.
Menurut Ayu (2007) asam lemak dapat meningkatkan kolesterol low density lipoprotein (K-LDL) dan menurunkan kolesterol high density lipoprotein (K-HDL), akibatnya akan menyebabkan dislipidemia dan arterosklerosis yang ditandai dengan adanya timbunan atau endapan lemak pada pembuluh darah. Timbunan lemak ini akan menyumbat aliran darah pada beberapa bagian tubuh seperti jantung dan otak. Bila penyumbatan terjadi di jantung akan menyebabkan jantung koroner dan bila penyumbatan terjadi di otak akan menyebabkan stroke.

                            
2.4.  Arang Kayu
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang umumnya di dapatkan dengan memanaskan, kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang yang hitam,ringan,dan mudah hancur menyerupai batu bara ini terdiri dari 85% - 98% karbon,sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.
Arang kayu adalah suatu produk yang diperoleh dari proses karbonisasi residu yang sebagian besar komponen nya adalah karbon dan terjadi karena penguraian kayu akibat perlakuan panas. Karbon aktif adalah arang yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi dengan menggunakan gas CO2, uap air, atau bahan-bahan kimia, sehingga pori-porinya terbuka dan dapat digunakan sebagai adsorben. Daya serap karbon aktif disebabkan adanya pori-pori mikro yang sangat besar jumlahnya,sehingga menimbulkan gejala kapiler yang mengakibatkan adanya daya serap.
Pemurnian minyak jelantah dengan arang kayu lebih efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena arang kayu mengandung salah satu senyawa karbon yang dapat membunuh alfatoksin yaitu zat karsinogenik dalam minyak jelantah. Senyawa karbon dalam arang kayu mampu mengikat senyawa karsinogenik dan alfatoksin pada minyak jelantah dan mampu menghilangkan warna hitam pada minyak jelantah. Minyak jelantah yang sudah dijernihkan bisa digunakan lagi karena senyawa karsinogenik dan alfatoksin nya sudah diikat oleh arang kayu.

2.5.Sabun Mandi Padat
            Sabun mandi merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair dan berbusa digunakan sebagai embersih dengan menambahkan zat pewangi dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan.
Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa.Asam lemak yang berikatan dengan natrium  imi dinamakan sabun. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan adalah natrium hidroksida (NaOH) dan kalium hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi berupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa KOH maka produk reaksi berupa sabun cair.

2.6.Penentuan Bilangan Penyabunan
            Bilangan penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar.Minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil dan sebaliknya minyak yang mempunyai berat molekul kecil mempunyai angka penyabunan besar.Bilangan penyabunan sama dengan angka penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak, alkohol yang ada dalam NaOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis dan mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.


BAB III

METODE PELAKSANAAN


3.1. Tahapan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini terdiri dari tiga
tahap. Tahap pertama yaitu proses pembuat filter penyaringan. Tahapan kedua adalah proses penyaringan minyak jelantah.Tahapan ketiga adalah proses pembuatan sabun(penyabunan).

3.3.  Cara Kerja

3.3.1.      Pembuatan Filter
Langkah awal menyiapkan 3 botol kaca yang berukuran besar.Siapkan juga arang kayu,zeolit,soda api(KOH atau Potassium Hidroksida).Botol kaca yang pertama diisi dengan zeolit dan arang kayu.Kemudian botol yang kedua diisi dengan bahan yang sama hanya saja ukuran zeolit dan arang kayu lebih kecil(dihaluskan).Botol  yang  ketiga tidak diisi zeolit maupun arang kayu.
3.3.2    Penyaringan Minyak Jelantah
Siapkan alat filtrasi yang telah dibuat pada tahap pertama. Kemudian siapkan minyak  jelantah sebanyak 1 liter. Lalu tuangkan pelan-pelan minyak jelantah ke dalam botol yang pertama,ditunggu beberapa menit lalu disaring dan dimasukkan ke dalam botol yang kedua.Dari botol kedua lalu dimasukkan ke dalam botol yang ketiga kemudian dicampur dengan air dan soda api.Didiamkan beberapa menit sampai jernih lalu disaring.
3.3.3    Pembuatan Sabun
              
                   Langkah awal siapkan bahan-bahan untuk pembuatan sabun yaitu :
1.      Minyak goreng hasil pemurnian,
2.      NaOH
3.      Akuades
4.      Parfum non alkohol apel
5.      Pewarna makanan apel
             Proses Penyabunan

                                    Memanaskan minyak goreng hasil fitrasi terlebih dahulu setelah itu menyiapkan NaOH yang dilarutkan kedalam aquades secukupnya lalu mencampurkan larutan NaOH kedalam minyak goreng yang dipanaskan hingga membentuk pasta. Sebelum pasta terbentuk tambahkan parfum non alkohol ekstrak apel dan pewarna makanan untuk memberikan aroma dan warna pada sabun. Setelah pasta terbentuk tambahkan  NaCl  dan tuangkan kedalam cetakandan biarkan sehari  untuk menghasilkan  sabun padat. Lalu sabun padat dipisahkan dengan air panas dengan produk samping gliserin.




                                                                          BAB IV
ANGGARAN DAN JADWAL KEGIATAN

4.1.       Anggaran Biaya

No
JenisPengeluaran
Jumlah(Rp)

1
PeralatanPenunjang
7.380.000

2
BahanBaku
1.830.000

3
Transportasi
100.000

4
Lain-lain
2.970.000

Total  
                       12.280.000   



4.2.       Jadwal Kegiatan

TahapPelaksanaan

No
Bulanke-
1
2
3
4
Mingguke-
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

1
Perijinan penggunaan lab

















2
Peninjauan harga bahan

















3
Persiapan alat dan bahan

















4
Pembuatan filter sederhana

















5
Proses pemurnian minyak jelantah

















6
Pembuatan sabun padat
















7
Analisis data




















DAFTAR PUSTAKA

Arini,1999,Minyak Jelantah Amankah?.Jurnal LP POM MUI,No.25
Dalimunthe Nur Asyiah.2009.Tesis.Medan.Teknik.Teknik Kimia.Universitas   Sumatera Utara.
Hiroshi,hisamoru,et al(2005),Biodisel Fuel fromUsed Cooking Oil.Hitachi Zosen from Tecnical Review.Vol 66(1):6-9
Lee, J., Lee, S., Lee, H., Park, K. dan E. Choe. 2002.Spinach(spinacia oleracea) as a Natural Food Grade Antioxidant in Deep Fat Fried Product.Journal of Agricultural and Food Chemistry 50:5664-5669
Maskan,M. dan H.I.Bagci.2003.Effect of Different Adsorbents On Purification of Used Sunflower Seed Oil Utilized for Frying Journal of Food Research Technology 217:215-218.
Naomi P.,Anna M,Lumban Gaol,M.,Yusuf Toba.2013.Pembuatan Sabun Lunak Dari Minyak goreng bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia.Jurnal Teknik Kimia (2)19:42-48
Suryani,A.L.Sailah,dan E.Hambali.2002.Teknologi Emulsi.Departemen Teknologi Industri Pertanian,FATECA,PB,Bogor.
Winarno,F.G.2004.Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta:Gramedia Pustaka Umum.


0 komentar:

Posting Komentar