RINGKASAN
Minyak jelantah
adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti
halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan
minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat di gunakan kembali
untuk keperluaran kuliner, akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya,
minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang
terjadi selama proses penggorengan.
Minyak yang
telah dipakai sering disebut minyak jelantah, kandungan LTJ (Lemak Tak
Jenuh)-nya memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama saja, sementara
yang tinggi ALJ (Asam Lemak Jenuh)- nya bisa lebih lama lagi, meski pada
akhirnya akan rusak juga. Oleh karena itu, penggunaan minyak jelantah hanya bisa digunakan hingga 4
kali penggunaan. Proses penggorengan sebagian ikatan rangkap akan menjadi
jenuh. Penggunaan dengan jangka lama dan berkali-kali dapat
Menyebabkan ikatan rangkap teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan
monomer siklik.
Tanda awal dari kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan saat makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng jelantah. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh ataua krolein.
Solusi dari pelarangan penggunaan minyak
jelantah ternyata bukan dengan cara membuangnya karena dengan membuang minyak
jelantah dapat menimbulkan masalah baru bagi lingkungan. Membuang minyak
jelantah harus dilakukan dengan hati-hati. Membuang minyak jelantah ternyata
dapat menyumbat saluran air dan dapat menjadi polusi bagi lingkungan. Pada
penelitian ini, untuk lebih meningkatkan nilai ekonomisnya minyak jelantah akan
dicoba untuk dimurnikan kembali kemudian akan dimanfaatkan untuk dapat
menghasilkan sabun dengan ekstrak apel yaitu jenis sabun yang dapat
menghasilkan busa yang lebih lembut di kulit dan dengan aroma apel yang khas.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Minyak goreng adalah salah satu
kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolah bahan makanan. Minyak goreng sebagai
media penggoreng sangat penting dan kebutuhannya semakin meningkat. Sekarang,
krisis minyak goreng nyaris merata di seluruh kota hal ini menyebabkan harga minyak
melambung. Keadaan ini mendesak masyarakat memakai ulang minyak goreng yang
telah dipakai untuk menghemat pengeluaran rumah tangga. Padahal minyak goreng
yang telah dipakai secara terus-menerus mengalami penurunan kualitas.
Minyak yang telah dipakai sering
disebut minyak jelantah, kandungan LTJ (Lemak Tak Jenuh)-nya memiliki ni lai tambah
hanya pada gorengan pertama saja, sementara yang tinggi ALJ (Asam Lemak Jenuh)-
nya bisa lebih lama lagi, meskipada akhirnya akan rusak juga. Oleh karena itu,
penggunaan minyak jelantah hanya bisa digunakan hingga 4 kali penggunaan.
Proses penggorengan sebagian ikatan rangkap akan menjadi jenuh. Penggunaan dengan
jangka lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap teroksidasi,
membentuk gugus peroksida dan monomer siklik.
Minyak goreng memang sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Makanan yang digoreng biasanya lebih lezat dan gurih, tanpa membutuhkan tambahan
bumbu bermacam-macam. Dengan demikian, menggoreng adalah cara yang paling
praktis untuk memasak(Arini, 1999).
Dalam proses penggorengan, minyak goreng berperan sebagai
media untuk perpindahan panas yang cepat dan merata pada permukaan bahan yang
digoreng (Maskan, 2003). Penggunaan minyak
goreng secara kontinyu dan berulang-ulang pada suhu tinggi (160 - 180°C) serta adanya
kontak dengan udara dan air pada proses penggorengan akan mengakibatkan terjadinya
reaksi degradasi yang komplek dalam minyak dan menghasilkan berbagai senyawa hasil
reaksi. Minyak goreng juga mengalami perubahan warna dari kuning menjadi warna gelap.
Reaksi degradasi ini menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak dapat
dipakai lagi dan harus dibuang (Maskan,
2003).
Produk reaksi degradasi yang terdapat dalam minyak ini
juga akan menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan menimbulkan pengaruh
buruk bagi kesehatan (Lee, 2002).
Walaupun menimbulkan dampak yang negatif, penggunaan jelantah, atau minyak goreng
yang telah digunakan lebih dari sekali untuk menggoreng (minyak goreng bekas),
adalah hal yang biasa di masyarakat. Sebagian orang berpendapat makanan yang
dicampur jelantah lebih sedap. Sebagian lagi karena keterdesakan ekonomi,
apalagi masa-masa krisis seperti sekarang ini.
Solusi dari pelarangan penggunaan minyak
jelantah ternyata bukan dengan cara membuangnya karena dengan membuang minyak
jelantah dapat menimbulkan masalah baru bagi lingkungan. Membuang minyak
jelantah harus dilakukan dengan hati-hati. Membuang minyak jelantah ternyata
dapat menyumbat saluran air dan dapat menjadi polusi bagi lingkungan. Dalam
upaya menyelamatkan lingkungan berkaitan dengan barang bekas pakai ada tiga
metode yang dapat dilakukan yaitu, Reduce
(mengurangi), Reuse (menggunakan
kembali), dan Recycle (pengolahan
kembali)
Proses reuse tidak mungkin dilakukan untuk
masalah minyak jelantah mengingat efek negative yang ditimbulkan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Usaha yang dapat dilakukan adalah metode Reduce dan Recycle. Proses recycle
minyak jelantah dapat dilakukan dengan mengolah kembali minyak jelantah menjadi
barang yang tetap memiliki nilai ekonomis. Minyak jelantah dapat mengalami
pengolahan kembali menjadi bahan bakar ataupun menjadi sabun. Teknologi
pembuatan minyak jelantah menjadi bahan bakar biodiesel telah ditemukan
termasuk di Indonesia tepatnya di Kota Bogor (Hiroshi, 2005). Seperti halnya
pengolahan minyak jelantah untuk bahan bakar, pengolahan minyak jelantah untuk
sabun juga telah ditemukan. Tetapi keunikan dari pembuatan sabun dari minyak
jelantah kelompok kami adalah aroma apple yang harum. Sabun itu dibuat dengan
cara mereaksikan minyak dengan basa. Berbagai jenis minyak dapat digunakan
dalam pembuatan sabun, dan dengan penjernihan kembali minyak jelantah,
seharusnya minyak tersebut tetap dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
sabun.
Pada penelitian ini,
untuk lebih meningkatkan nilai ekonomisnya minyak jelantah akan dicoba untuk
dapat menghasilkan sabun transparan yaitu jenis sabun yang dapat menghasilkan
busa yang lebih lembut di kulit serta penampakannya unik dan berkilau (Suryani,
2001). Pembuatan minyak jelantah menjadi sabun transparan diharapkan dapat lebih meningkatkan nilai ekonomisnya,
dibandingkan dengan dibuat menjadi sabun biasa.
Penilitian
tentang pembuatan sabun transparan dengan menggunakan minyak kelapa sawit telah
dilakukan. Pada penelitian tersebut telah diperoleh formulasi terbaik dari
minyak kelapa sawit untuk dapat dibuat menjadi sabun transparan (Sugiawati ,
W., 2007; Suryani, 2001). Hasil penelitian tersebut akan dijadikan pedoman
untuk membuat sabun transparan dengan menggunakan minyak jelantah sebagai bahan
dasar menggantikan minyak kelapa sawit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka diketahui bahwa pengolahan ulang minyak jelantah menjadi
barang bernilai ekonomis mendesak untuk melakukan pencegahan dalam rangka
penggunaan minyak jelantah oleh masyarakat. Dari latar belakang
tersebut kita membuat perumusan yang harus dipecahkan :
1. Bagaimana metode pengolahan untuk menjernihkan
kembali minyak jelantah ?
2.
Bagaimana cara pembuatan sabun dari minyak
jelantah?
3.
Bagaimana pengaruh ekstrak apel
dalam minyak jelantah?
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Mendapatkan metode pengolahan untuk
menjernihkan kembali minyak jelantah
2.
Menghasilkan cara alternatif untuk membuat
sabun dari minyak jelantah.
1.4 Luaran yang Diharapkan
1.
Untuk menambah
wawasan kepada khalayak umum tentang pemanfaatan
minyak jelantah.
2. Mengenalkan
salah satu alternatif pemurnian minyak goreng bekas menggunakan zat zeolit atau
filter sederhana untuk pemurnian minyak
jelantah.
3. Membantu
masyarakat untuk memaksimalkan minyak jelantah sebagai bahan pembuatan sabun
ekstrak apel.
4. Terciptanya
iklim kerjasama yang baik dan saling menguntungkan antara pengusaha kecil
di masyarakat dengan lembaga Perguruan Tinggi, dalam hal ini direncanakan untuk
jangka panjang mahasiswa jurusan Kimia melalui UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)
akan memproduksi sabun transparan dalam skala besar, kemudian dijual ke
masyarakat.
1.5 Manfaat Penelitian
Bagi kelompok khalayak masyarakat umum kegiatan ini
secara langsung dapat dirasakan dan sangat berguna untuk peningkatan
pengetahuan dan ketrampilannnya dalam memurnikan minyak goreng bekas dengan
menggunakan zat zeolit serta dapat memanfaatkan minyak jelantah sebagai sabun
yang dapat meningkatkan nilai ekonomis. Bagi Pemerintah Daerah dan Instansi terkait,
terutama dinas Kesehatan, kegiatan ini merupakan bentuk pembinaan yang secara
tidak langsung meringankan beban tugas dan fungsinya. Sementara itu bagi
pelaksana kegiatan (mahasiswa dan dosen) akan bermanfaat dalam pengembangan
ilmu terapan di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah
Minyak Goreng (Minyak jelantah)
Minyak
jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng
seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya. Minyak
ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat di
gunakan kembali untuk keperluaran kuliner, akan tetapi bila ditinjau dari
komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat
karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. (Wikipedia,
2009).
Bila
dilihat dari segi bahaya penggunaanya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Artika tahun 2009, menyebutkan bahwa minyak goreng yang digunakan berulang kali
supaya tidak digunakan lebih dari 2 kali. Hal ini berkaitan dengan peningkatan
kandungan asam lemak yang mulai mengalami peningkatan pada saat penggunaan yang
kedua.
2.3. Akibat Penggunaan Minyak Goreng Berulang-kali
Menurut
Ketaren (2005), tanda awal dari
kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng.
Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan saat mengkonsumsi makanan
yang digoreng menggunakan minyak goreng jelantah. Akrolein terbentuk dari
hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein. Skema
proses terbentuknya akrolein:
Menurut Ketaren yang dikutip
dari Ayu (2009) tingginya kandungan
asam lemak tak jenuh menyebabkan minyak mudah rusak oleh proses penggorengan (deep
frying), karena selama proses menggoreng minyak akan dipanaskan secara
terus menerus pada suhu tinggi serta terjadinya kontak dengan oksigen dari
udara luar yang memudahkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak.
Hal ini juga di perjelas
melalui penelitian yang dilakukan oleh Ayu
(2009) tentang pengaruh suhu dan lama proses menggoreng (deep frying) terhadap pembentukan asam
lemak trans. Asam lemak trans (elaidat)
baru terbentuk setelah proses menggoreng (deep frying) setelah
pengulangan ke-2, dan kadarnya akan semakin meningkat sejalan dengan penggunaan
minyak.
Menurut Ayu (2007) asam lemak dapat meningkatkan kolesterol low
density lipoprotein (K-LDL) dan
menurunkan kolesterol high density lipoprotein (K-HDL), akibatnya akan menyebabkan dislipidemia dan arterosklerosis
yang ditandai dengan adanya timbunan atau endapan lemak pada pembuluh darah.
Timbunan lemak ini akan menyumbat aliran darah pada beberapa bagian tubuh
seperti jantung dan otak. Bila
penyumbatan terjadi di jantung akan menyebabkan jantung koroner dan bila
penyumbatan terjadi di otak akan menyebabkan stroke.
2.4. Arang
Kayu
Arang
adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan
menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan.
Arang umumnya di dapatkan dengan memanaskan, kayu, gula, tulang, dan benda
lain. Arang yang hitam,ringan,dan mudah hancur menyerupai batu bara ini terdiri
dari 85% - 98% karbon,sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.
Arang kayu adalah suatu
produk yang diperoleh dari proses karbonisasi residu yang sebagian besar
komponen nya adalah karbon dan terjadi karena penguraian kayu akibat perlakuan
panas. Karbon aktif adalah arang yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi
dengan menggunakan gas CO2, uap air, atau bahan-bahan kimia,
sehingga pori-porinya terbuka dan dapat digunakan sebagai adsorben. Daya serap
karbon aktif disebabkan adanya pori-pori mikro yang sangat besar
jumlahnya,sehingga menimbulkan gejala kapiler yang mengakibatkan adanya daya
serap.
Pemurnian minyak jelantah
dengan arang kayu lebih efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena arang
kayu mengandung salah satu senyawa karbon yang dapat membunuh alfatoksin yaitu
zat karsinogenik dalam minyak jelantah. Senyawa karbon dalam arang kayu mampu
mengikat senyawa karsinogenik dan alfatoksin pada minyak jelantah dan mampu
menghilangkan warna hitam pada minyak jelantah. Minyak jelantah yang sudah
dijernihkan bisa digunakan lagi karena senyawa karsinogenik dan alfatoksin nya
sudah diikat oleh arang kayu.
2.5.Sabun Mandi Padat
Sabun mandi merupakan senyawa natrium atau kalium
dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani berbentuk padat, lunak
atau cair dan berbusa digunakan sebagai embersih dengan menambahkan zat pewangi
dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan.
Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu
hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa.Asam
lemak yang berikatan dengan natrium imi
dinamakan sabun. Pembuat
kondisi basa yang biasa digunakan adalah natrium hidroksida (NaOH) dan kalium
hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi
berupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa KOH maka
produk reaksi berupa sabun cair.
2.6.Penentuan
Bilangan Penyabunan
Bilangan
penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak
secara kasar.Minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan
relatif kecil dan sebaliknya minyak yang mempunyai berat molekul kecil
mempunyai angka penyabunan besar.Bilangan penyabunan sama dengan angka
penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu gram minyak atau lemak, alkohol yang ada dalam NaOH berfungsi
untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis dan mempermudah reaksi dengan basa
sehingga terbentuk sabun.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Tahapan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen.
Penelitian ini terdiri dari tiga
tahap. Tahap pertama yaitu proses pembuat filter penyaringan. Tahapan kedua
adalah proses penyaringan minyak jelantah.Tahapan ketiga adalah proses
pembuatan sabun(penyabunan).
3.3. Cara Kerja
3.3.1.
Pembuatan
Filter
Langkah awal menyiapkan 3 botol kaca yang berukuran besar.Siapkan juga arang kayu,zeolit,soda api(KOH atau Potassium Hidroksida).Botol kaca yang pertama diisi dengan zeolit dan arang kayu.Kemudian botol yang kedua diisi dengan bahan yang sama hanya saja ukuran zeolit dan arang kayu lebih kecil(dihaluskan).Botol yang ketiga tidak diisi zeolit maupun arang kayu.
Langkah awal menyiapkan 3 botol kaca yang berukuran besar.Siapkan juga arang kayu,zeolit,soda api(KOH atau Potassium Hidroksida).Botol kaca yang pertama diisi dengan zeolit dan arang kayu.Kemudian botol yang kedua diisi dengan bahan yang sama hanya saja ukuran zeolit dan arang kayu lebih kecil(dihaluskan).Botol yang ketiga tidak diisi zeolit maupun arang kayu.
3.3.2 Penyaringan Minyak Jelantah
Siapkan
alat filtrasi yang telah dibuat pada tahap pertama. Kemudian siapkan minyak jelantah sebanyak 1 liter. Lalu tuangkan
pelan-pelan minyak jelantah ke dalam botol yang pertama,ditunggu beberapa menit
lalu disaring dan dimasukkan ke dalam botol yang kedua.Dari botol kedua lalu
dimasukkan ke dalam botol yang ketiga kemudian dicampur dengan air dan soda
api.Didiamkan beberapa menit sampai jernih lalu disaring.
3.3.3 Pembuatan Sabun
Langkah awal siapkan
bahan-bahan untuk pembuatan sabun yaitu :
1. Minyak
goreng hasil pemurnian,
2. NaOH
3. Akuades
4. Parfum
non alkohol apel
5. Pewarna
makanan apel
Proses Penyabunan
Memanaskan minyak goreng hasil fitrasi terlebih dahulu
setelah itu menyiapkan NaOH yang dilarutkan kedalam aquades secukupnya lalu
mencampurkan larutan NaOH kedalam minyak goreng yang dipanaskan hingga
membentuk pasta. Sebelum pasta terbentuk tambahkan parfum non alkohol ekstrak
apel dan pewarna makanan untuk memberikan aroma dan warna pada sabun. Setelah
pasta terbentuk tambahkan NaCl dan tuangkan kedalam cetakandan biarkan
sehari untuk menghasilkan sabun padat. Lalu sabun padat dipisahkan
dengan air panas dengan produk samping gliserin.
BAB IV
ANGGARAN DAN
JADWAL KEGIATAN
4.1.
Anggaran Biaya
No
|
JenisPengeluaran
|
Jumlah(Rp)
|
|
1
|
PeralatanPenunjang
|
7.380.000
|
|
2
|
BahanBaku
|
1.830.000
|
|
3
|
Transportasi
|
100.000
|
|
4
|
Lain-lain
|
2.970.000
|
|
Total
|
12.280.000
|
4.2.
Jadwal Kegiatan
TahapPelaksanaan
|
|||||||||||||||||
No
|
Bulanke-
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||||||||||
Mingguke-
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1
|
Perijinan
penggunaan lab
|
||||||||||||||||
2
|
Peninjauan
harga bahan
|
||||||||||||||||
3
|
Persiapan alat
dan bahan
|
||||||||||||||||
4
|
Pembuatan filter sederhana
|
||||||||||||||||
5
|
Proses pemurnian minyak jelantah
|
||||||||||||||||
6
|
Pembuatan sabun padat
|
||||||||||||||||
7
|
Analisis
data
|
DAFTAR
PUSTAKA
Arini,1999,Minyak Jelantah Amankah?.Jurnal LP POM
MUI,No.25
Dalimunthe Nur
Asyiah.2009.Tesis.Medan.Teknik.Teknik Kimia.Universitas Sumatera Utara.
Hiroshi,hisamoru,et al(2005),Biodisel Fuel fromUsed Cooking Oil.Hitachi
Zosen from Tecnical Review.Vol 66(1):6-9
Lee, J., Lee, S., Lee, H., Park,
K. dan E. Choe. 2002.Spinach(spinacia
oleracea) as a Natural Food Grade Antioxidant in Deep Fat Fried Product.Journal
of Agricultural and Food Chemistry 50:5664-5669
Maskan,M. dan H.I.Bagci.2003.Effect of Different Adsorbents On
Purification of Used Sunflower Seed Oil Utilized for Frying Journal of Food
Research Technology 217:215-218.
Naomi P.,Anna M,Lumban Gaol,M.,Yusuf
Toba.2013.Pembuatan Sabun Lunak Dari
Minyak goreng bekas Ditinjau dari Kinetika Reaksi Kimia.Jurnal Teknik Kimia
(2)19:42-48
Suryani,A.L.Sailah,dan E.Hambali.2002.Teknologi Emulsi.Departemen Teknologi
Industri Pertanian,FATECA,PB,Bogor.
Winarno,F.G.2004.Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta:Gramedia Pustaka Umum.
0 komentar:
Posting Komentar