RINGKASAN
Keterbatasan
akan ketersediaan sumber energi tak terbaharukan khususnya bahan bakar minyak menjadi ancaman terbesar bagi masyarakat karena
penggunaannya yang sangat essensial. Untuk itu
pemerintah menggalakkan penggunaan energi alternatif untuk tujuan penghematan. Pemanfaatan energy energi
alternatif, khususnya bagi energi yang dapat diperbaharui (renewable energy), satu
diantaranya adalah biobriket
dari biomassa.
Penyebaran enceng gondok dan
tanah gambut yang cepat menyebabkan sejumlah perairan
menjadi tempat timbunan biomassa. Hal ini tentu saja menimbulkan dampak yang kurang baik
bagi lingkungan. Melalui penelitian terdahulu diketahui bahwa eceng gondok dan tanah gambut dapat diolah menjadi arang, yang apabila ditambahkan bahan
pengikat dapat dibuat menjadi briket. Dalam penelitian ini, pembuatan biobriket dari bahan
enceng gondok dan tanah gambut dengan bahan perekat dari tetes tebu. Kandungan
selulosa enceng gondok saat kering mencapai 64,51% dan proses pembusukan tanah
gambut dapat meningkatkan nilai kalor dan menurunkan kadar oksigen, sehingga
campuran kedua bahan Enceng gondok dan tanah gambut berpotensi memberikan nilai kalor yang cukup
tinggi, maka dapat dilakukan suatu pemanfaatan alternatif terhadap enceng
gondok dan lahan gambut ini dengan jalan pembuatan briket arang. Hal inilah yang akan dikaji lebih lanjut, yaitu bagaimana
meningkatkan nilai guna dari eceng gondok dan tanah gambut menjadi lebih baik
lagi. Pada penelitian ini digunakan perekata dari tetes tebu karena memiliki
daya seap terhadap air dan daya rekat yang cukup baik. Dalam pembuatan
biobriket ini terdiri dari beberapa tahap diantaranya yaitu : persiapan bahan
baku dan alat, pengarangan, pengarangan bahan baku, pengepresan, pemanasan dan
tahap analisa yang meliputi analisa kadar air, kadar abu dan nilai kalor.
Kata Kunci: Biobriket, tanah gambut, enceng gondok, tetes
tebu
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diera
globalisasi pengaruh perkembangan ekonomi diberbagai sektor kehidupan terus
mengalami peningkatan, salah satunya adalah kebutuhan akan energi. Kebutuhan akan energi terus meningkat tergantung pada bahan bakar
yang berasal dari fosil dan tidak dapat diperbarui, serta akan menimbulkan
polusi lingkungan. Bukan hanya negara-negara maju, tapi hampir semua negara mengalami.
Termasuk Indonesia, Sementara itu cadangan energi nasional akan semakin menipis
apabila tidak ditemukan cadangan energi baru. Oleh karena itu, perlu dilakukan
berbagai terobosan baru untuk mencegah terjadinya krisis
energi. Salah satu sumber energi alternatif adalah biobriket yang berasal
dari bahan organik. (Fachry et al.
2010)
Enceng
gondok merupakan tanaman pengganggu atau gulma yang dapat tumbuh dengan cepat
(3% per hari) pada permukaan air atau rawa, enceng gondok mampu tumbuh secara
cepat sehingga dapat mengakibatkan berbagai kesulitan seperti terganggunya
transportasi, penyempitan sungai, dan masalah lain karena penyebarannya yang
menutupi permukaan sungai/perairan.
Pemilihan
eceng gondok dan didasarkan pada dua alasan Pertama, tanaman itu murah dan
mudah ditemukan di sungai-sungai sekitar kota Surakarta, Kedua, pemanfaatan
eceng gondok bisa menjadi solusi terhadap masalah lingkungan yang
ditimbulkannya, yang sedemikian cepat menjadikan tanaman ini menimbulkan
sederet masalah.
Eceng
gondok juga dapat mempercepat pendangkalan sungai karena tanaman yang mati akan
turun dan mengendap di dasar sungai. Selain itu, daunnya yang lebar dan banyak
akan mengakibatkan penguapan sungai lebih cepat terjadi. Persoalan lain yang
dapat ditimbulkannya, banyak nyamuk yang bersarang di eceng gondok.
Tanah
gambut merupakan salah satu potensi
sebagai bahan baku bio-briket, karena tersedia secara melimpah disekitar kota
Surakarta dan tersebar secara luas di kawasan gambut. Luas lahan gambut di
Indonesia adalah 20,6 juta hektar yang tersebar di Sumatera 35%, Kalimantan
32%, Sulawesi 3%, dan Papua 30% (Susanti,
Wahyuningtyas, and Ardhana 2015). Selama ini gulma pada lahan gambut dipandang
sebagai masalah utama dalam kegiatan budidaya perkebunan. Supaya enceng gondok
dan tanah gambut ini tidak menumpuk dan menjadi limbah organik. Enceng gondok dan
tanah gambut berpotensi memberikan nilai kalor yang cukup tinggi, maka dapat
dilakukan suatu pemanfaatan alternatif terhadap enceng gondok dan lahan gambut
ini dengan jalan pembuatan briket arang. Hal inilah yang akan dikaji lebih lanjut, yaitu bagaimana meningkatkan
nilai guna dari eceng gondok dan tanah gambut menjadi lebih baik lagi. Kemudian
setelah dilakukan berbagai percobaan akhirnya ditemukan solusi yang cukup
efektif mengurangi masalah lingkungan yang ada serta bisa dijadikan sebagai
pengganti bahan bakar yang biasa digunakan oleh masyarakat yaitu memanfaatkan
tumbuhan eceng gondok dan tanah gambut dengan diproses terlebih dahulu sehingga
dapat menjadi bahan bakar. Gagasan dari solusi ini diberi judul “PENGARUH KADAR PEREKAT DAN TEKANAN TERHADAP
NILAI KALOR PADA PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DARI TANAH GAMBUT DAN ENCENG GONDOK”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana pengaruh
variasi temperature briket terhadap karakteristik fisik yaitu nilai kalor arang
briket tanah gambut dan eneng gondok
2. Bagaimana pengaruh
kadar perekat terhadap uji nilai kalor briket tanah gambut dan enceng gondok
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui pengaruh variasi temperature terhadap
karakteristik fisik briket arang tanah gambut dan enceng gondok
2.
Mengetahui pengaruh variasi kadar perekat terhadap uji
nilai kalor briket tanah gambut dan enceng gondok
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Memberikan informasi tentang cara pembuatan biobriket dari
tanah gambut dan enceng gondok.
2.
Mengetahui pengaruh apa saja dalam pembuatan biobriket
dari tanah gambut dan enceng gondok
3.
Meningkatkan nilai guna dari tanah gambut dan enceng
gondok
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Biobriket
Bahan
Bakar adalah istilah populer media untuk meyalakan api. Bahan bakar dapat
bersifat alami (ditemukan langsung dari alam), tetapi juga bersifat buatan (diolah dengan teknologi
maju). Bahan bakar alami misalnya kayu akar, batu bara dan minyak bumi.
Bahan bakar buatan misalnya gas alam
cair dan listrik.(Hidayah
et al. 2014)
Biobriket
merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka macam
bahan hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daun, rumput, jerami, kertas, ataupun limbah pertanian lainya yang dapat dikarbonisasi.(Hidayah
et al. 2014) Briket adalah metode transformasi
sebuah zat berbentuk butiran atau granular yang menjadi sangat banyak elemen
berukuran proporsional dan lebih nyaman dipakai sebagai bahan bakar (Modestus,
okwu O 2016). Penggunaan biobriket sebagai
bahan bakar merupakan salah satu solusi alternatif untuk menghemat pemakaian
bahan bakar fosil dan dalam penggunaan secara berkelanjutan dapat mengurangi
dampak emisi karbon (Fachry
et al. 2010)
2.2 Enceng Gondok
Enceng
Gondok adalah anggota keluarga pickerelweed (Pontederiaceae) dan namanya
Eichhornia berasal dari politisi Prusia abad 19 yang terkenal, J.A.F. Eichhorn.
Tanaman tropis ini menyebar ke seluruh dunia pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, sekarang ini Enceng Gondok sangat terkenal karena terkenal karena potensi
reproduksinya dan sebagai tanaman yang dapat menggandakan populasinya hanya dua
belas hari (Rodrigues
et al. 2014)
Dihabitat
aslinya enceng gondok dapat tumbuh dengan sagat pesat jika kondisi lingkungan
yang sangat mendukung seperti rawa yang luas, kondisi suhu yang lembab, dan
kelimpahan Nutrisi menyebabkan gulma ini menyebar dengan sangat subur sehingga
menutupi permukaan air dengan warna matt yang mengapung diatas permukaan air,
dengan warna bunga biru yang menarik, ungu sampai keunguan dan daun yang
berbentuk bulat dan oval. Tanaman ini telah menyebar sangat cepat di
negara-negara Amerika Latin, Karibia, Afrika, Asia Tenggara dan Pasifik (Rodrigues
et al. 2014). Pertumbuhan enceng gondok yang
sanagt cepat menimbulkan beberapa dampak negatif karena akar dan daunnya dibiarkan
begitu saja, sehingga menyebabkan pendangkalan, sedimentasi dan pembusukan. (Rovita
et al. 2012)
Dan untuk kandungan enceng gondok
adalah sebagai berikut: (Moeksin
Rosdiana et all., 2016)
Tabel 1.
Kandungan enceng gondok
No
|
Senyawa kimia
|
Presentase
(%)
|
1
|
Air
|
92,6
|
2
|
Abu
|
0,44
|
3
|
Serat kasar
|
2,09
|
4
|
Karbohidrat
|
0,17
|
5
|
Lemak
|
0,35
|
6
|
Protein
|
0,16
|
7
|
Fosfor P2O5
|
0,52
|
8
|
Kalium
sebagai K20
|
0,42
|
9
|
Klorida
|
0,26
|
10
|
Alkanoid
|
2,22
|
Total :
|
99,23
|
Tabel 2. Kandungan Kimia Eceng Gondok kering
No
|
Senyawa kimia
|
Presentase
(%)
|
1
|
Abu
|
12
|
2
|
Lignin
|
7,69
|
3
|
Selulosa
|
64,51
|
4
|
Silika
|
5,56
|
5
|
Pentosa
|
15,61
|
Total
|
105,37
|
Klasifikasi Enceng Gondok
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping
satu / monokotil)
Sub Kelas : Alismatidae
Ordo : Alismatales
Berikut ini
adalah isi kandungan dari enceng gondok yaitu : Eceng Gondok
mengandung energi sebesar 18 kilokalori, protein 1 gram, karbohidrat 3,8 gram,
lemak 0,2 gram, kalsium 80 miligram, fosfor 45 melakukan penelitian terhadap
100 gram Eceng Gondok, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 70 % dan zat
besi 4 miligram. Selain itu di dalam Eceng Gondok juga mengandung vitamin
A sebanyak 1000 IU, vitamin B1 0,08 miligram dan vitamin C 50 miligram. (Djeni 2011)
2.3 Tanah Gambut
Gambut
merupakan salah satu penyusun bahan bakar yang terdapat di bawah permukaan
tanah. Gambut mempunyai kemampuan dalam menyerap air, karena itu, meskipun
tanah di bagian atasnya sudah kering, di bagian bawahnya tetap lembab dan
bahkan relatif masih basah karena mengandung air. Sehingga sebagai bahan bakar
bawah permukaan ia memiliki kadar air yang lebih tinggi dari pada bahan bakar permukaan
(serasah, ranting, log) dan bahan bakar atas (tajuk pohon, lumut, epifit). Saat
musim kemarau, permukaan tanah gambut cepat sekali kering dan mudah terbakar (Doloksaribu
2017).
Tanah
gambut terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tanaman yang telah mati sebagian
mengalami perombakan, mengandung minimal 12 – 18% C-organik dan ketebalan
minimal 50 cm. Secara taksonomi tanah gambut disebut juga sebagai tanah Histosol
atau Organosol bila memiliki ketebalan lapisan gambut > 40 cm, bila bulk density > 0,1 g/cm3. (Susanti,
Wahyuningtyas, and Ardhana 2015).
Di
indonesia lahan tanah gambut diperkirakan mencapai 13 Ha yang dibedakan ke
dalam gambut dangkal, gambut sedang, dan gambut dalam. Berikut kandungan yang
ada dialam tanah gambut antara lain : Karbon (C), Nitrogen (N), Oksigen (O),
dan Hidrogen (H). Tingkat pembusukan yang terjadi pada gambut dapat
meningkatkan kadar karbon sehingga gambut dapat diolah menjadi arang
aktif/biobriket.
2.4 Perekat Molases
Tetes Tebu atau yang sering disebut Molases adalah hasil samping industri penggolahan gula dengan wujud bentuk cair. Molasses sendiri merupakan sumber energy yang mengandung glukosa
didalamnya. Molasses biasanya banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan
ternak dengan kandungan zat gizi yang cukup baik. Molases memiliki kandungan protein kasar 3,1 %, serat kasar 0,6 %, BETN 83,5 %, lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %. Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
(Dharma
untung surya et all., 2017)
1.
Cane-molasses, merupakan molasses yang memiliki kandungan 25 -40 % sukrosa dan 12 – 25 %
gula pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, C1, dan garam sulfat
2. Beet-molasses Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15– 25 % dan cairan tersebut
berwarna hitam serta berupa sirup manis.
2.5 Proses Karbosinasi
Proses
Karbosinasi adalah Proses dimana bahan-bahan dipanaskan dengan kontak udara
didalam ruangan sehingga terbentuk arang. Proses ini merupakan proses pembakaran
tidak sempurna dari bahan-bahan organik dengan kandungan jumlah oksigen yang
sangat terbatas, yang dapat menghasilkan arang sehingga terjadi penguraian
senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk uap air, methanol,
uap-uap asam asetat dan hidrokarbon. Proses pengarangan dapat dibedakan menjadi
sebagai berikut : (Fachry
et al. 2010)
a) Penguapan air, yaitu penguraian selulosa menjadi destilat
yang sebagian besar mengandung asam-asam dan metanol.
b) Penguraian selulosa secara intensif sehingga menghasilkan
gas serta sedikit air.
c) Penguraian senyawa lignin menghasilkan lebih banyak tar
yang akan bertambah jumlahnya pada waktu yang lama dan suhu tinggi.
d) Pembentukan gas hidrogen merupakan proses pemurnian
arang.
2.6 Standar Nasional Indonesia Briket
Berikut ini adalah data standar
SNI : ((Fatmawati
and Adiwibowo 2014)
Tabel
3. Kandungan Kimia Eceng Gondok kering
No
|
Jenis Analisa
|
Standar Mutu
Briket
|
|||
Jepang
|
Inggris
|
Amerika
|
SNI
|
||
1
|
Kadar Air (%)
|
Mak 8
|
Mak 4
|
Mak 6
|
Mak 8
|
2
|
Kadar Abu (%)
|
Mak 7
|
Mak 10
|
Mak 16
|
Mak 10
|
3
|
Kerapatan
(gr/cm3)
|
1,0-1,2
|
0,46-0,84
|
1,0-1,2
|
0,5-0,6
|
4
|
Kuat tekan
(kg/cm3)
|
Min 60
|
Min 12,7
|
Min 62
|
Min 50
|
5
|
Nilai kalor
(kal/gr)
|
5000-6000
|
Min 5870
|
4000-6500
|
Min 5600
|
2.7 Parameter Kualitas Briket
Berikut
adalah beberapa parameter yang mempengaruhi kualitas briket antara lain :
1) Kandungan Air
Moisture yang dikandung dalam
briket dapat dinyatakan dalam dua macam :
·
Free moisture (uap air bebas) yaitu uap air yang dapat hilang dengan penguapan,
misalnya dengan air-drying. Kandungan free moisture sangat penting dalam
perencanaan coal handling dan preperation equipment.
·
Inherent moisture (uap air
terikat) Kandungan inherent moisture dapat ditentukan dengan memanaskan briket antara
temperatur 104 – 110oC selama satu jam.
2) Kandungan Abu
Pada umumnya semua semua briket mengandung kandungan zat
anorganik apabila dibakar akan terdapat kandungan abu. Kandungan Abu briket
berasal dari clay, pasir dan zat mineral lainnya. Briket dengan kandungan abu
yang tinggi sangat tidak menguntungkan karena akan membentuk kerak.
3) Nilai Kalor
Nilai kalor adalah jumlah panas
yang dihasilkan oleh 1 gr bahan bakar unruk dapat meningkatkan temperature 1 gr
air dari suhu 3,5oC-4,5oC. (Utomo
2013)
2.8 Hasil Penelitian Sebelumnya
Berasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya didapat kan hasil sebagai berikut :
1. dengan metode proximate untuk membuat Biobriket dengan bahan baku
enceng gondok dengan pengaruh suhu (300, 400, 500, 600)oC dan kadar
perekat 10 % didapatkan hasil nilai kalor sebesar kalor sebesar 5666 Cal/gr,
kadar air dengan persentase sebesar
5,304 %, dan kadar abu sebesar 18,297 % (Fachry
et al. 2010)
2. dengan metode proksimasi untuk membuat biobriket dengan
bahan baku enceng gondok dengan pengaruh suhu 250o dan kadar perekat 40% didapatkan hasil nilai kadar air terendah 6,45%, kadar
abu terendah 4,77%, dan
nilai kalor tertinggi 6267,072 kal/gr.(Fatmawati and
Adiwibowo 2014)
3. Dengan metode rancangan acak lengkap untuk membuat
biobriket dengan bahan baku tanah gambut dengan variasi suhu 200o dan
kadar perekat sebesar 5% didapatkan hasil nilai kalor sebesar (4.647,9
kal/g), kadar air (5,48%), dan kadar abu (8,78%) (Susanti,
Wahyuningtyas, and Ardhana 2015)
2.9 Hipotesis Penelitian
Dari
penelitian dibuat sebuah hipotesis bahwa adanya hubungan antara kadar perekat
dan temperature terhadap kualitas bioplastik. Ada beberapa tahapan pengujian
yang harus dilakukan untuk memperkuat hipotesis yaitu :
1. Normalitas Data
Hipotesis :
• Jika
nilai Sig. > 0,05 maka data Berdistribusi Normal.
• Jika
nilai Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
2. Uji Korelasi
Hipotesis
Ø H0 : Tidak ada korelasi yang signifikan antara kedua
kelompok.
Ø H1 : Ada korelasi yang signifikan antara kedua kelompok.
·
Jika nilai sig, < 0,05 maka ada korelasi (
H1 diterima)
·
Jika nilai sig. > 0,05 maka tidak ada
korelasi ( H0 diterima).
3. Uji Manova
Metode
yang digunakan untuk mengeksplorasi hubungan diantara beberapa variable
independen yang berjenis kategorikal (bisa data nominal atau ordinal) dengan
beberapa variable dependen yang berjenis metric (bisa data interval atau
rasio).
Dalam pengambilan keputusan adalah
:
•Jika nilai Sig. > 0,05 maka H0
diterima
•Jika nilai Sig. < 0,05 maka H1
ditolak
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang
digunakan adalah Analisa proksimasi yang dilakukan meliputi kadar air, kadar
abu, dan nilai kalor biobriket. Dengan komposisi jenis perekat yang terdiri dari lima
variasi kadar perekat (4%, 7%, 10%,
13%, 16%) dan pengaruh temperature karbonisasi dengan variasi 250oC,350oC,
450oC, 550oC, 650oC
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Penelitian
Pada penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September sampai
bulan November di Laboratorium Teknik Kimia UMS. Untuk pengujian terhadap nilai
kalor biobriket di Laboratorium Teknik Kimia UMS.
3.2 Variable penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variable yaitu variable bebas
yang diujikan dan variable tetap dengan semua perlakuan dalam kondisi yang
sama. Variable bebas yang digunakan adalah komposisi kadar perekat dan temperature.
a.
Variable Bebas
Ø Kadar perekat : 4%, 7%, 10%, 13%, 16%
Ø Temperature Karbonisasi : 250oC, 350oC, 450oC, 550oC,
650oC
b.
Variable tetap
Pada penelitian ini
variable tetap berupa:
Ø massa enceng gondok 20 gram
Ø massa tanah gambut 80 gram
c.
Variable tergantung
Ø Nilai kalor
Ø Nilai kadar abu
Ø Nilai kadar air
Percobaan
dilakukan untuk mengetahui pengaruh kadar perekat dan temperature terhadap kualitas biobriket
dari enceng gondok dan tanah gambut. Percobaan akan dicobakan pada kadar
perekat 5 level (4%, 7%, 10%, 13%, 16%) dan suhu pada 5 level (: 250oC,
350oC, 450oC, 550oC,
650oC) dengan ulangan sebanyak tiga kali. Secara garis besar rancangan penelitian
ditunjukkan
Tabel 4. Rancangan
Percobaan Dua Arah antara kadar perekat briket dengan temperatur
No
|
Kadar
Perekat
|
Temperature
(oC)
|
Hasil Uji
|
||
Nilai Kalor
(kal/gr)
|
Kadar Abu
(%)
|
Kadar Air
(%)
|
|||
1
|
4
|
250
|
|||
2
|
7
|
350
|
|||
3
|
10
|
450
|
|||
4
|
13
|
550
|
|||
5
|
16
|
650
|
3.3 Alat dan Bahan
1.
Alat
Tabel 5. Daftar alat
dalam pembuatan biobriket
No
|
Nama Alat
|
Jumlah
|
1
|
Alat penjepit
|
1
|
2
|
Ayakan
|
1
|
3
|
Cetakan briket
|
1
|
4
|
Cawan porselin
|
1
|
5
|
Drum tempat pembakaran
|
1
|
6
|
Erlemeyer 250 ml
|
1
|
7
|
Gelas ukur 250 ml
|
1
|
8
|
Heater
|
1
|
9
|
Jangka sorong
|
1
|
10
|
Mesin hydroulic
|
1
|
11
|
Neraca analitik
|
1
|
12
|
Oven
|
1
|
13
|
Pengaduk
|
1
|
14
|
Thermometer
|
1
|
2.
Bahan
Tabel 6. Daftar bahan dalam pembuatan biobriket
No
|
Nama Bahan
|
Jumlah
|
1
|
Air
|
Secukupnya
|
2
|
Enceng gondok
|
100 gram
|
3
|
Perekat molases
|
50 gram
|
4
|
Tanah gambut
|
400 gram
|
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1
Persiapan penelitian
Proses persiapan
penelitian meliputi :
Ø Mempersiapkan alat dan bahan
Ø Pemisahan bagian enceng gondok yaitu daun dan batang dari
bagianyang tidak digunakan seperti akar dan kotoran yang menempel. Tanah gambut
juga dibersihkan dari kotoran yang masih menempel pada tanah dan Enceng gondok
di jemur selama ± 3 hari sampai benar-benar kering.
Ø Enceng gondok yang telah kering tersebut dipotong-potong
dengan ukuran 1-2 cm untuk memudahkan karbonisasi dalam furnace.
3.4.2 Tahap
Pengarangan bahan baku enceng gondok dan tanah gambut
Proses pembuatan arang aktif
meliputi :
1. Proses Karbonisasi enceng gondok
Ø Bahan baku yang telah kering, kemudian diarangkan dalam drum secara bergantian.
Ø Proses karbosinasi dengan variasi temperature
yang menjadi varibel pada penelitian yaitu : 250oC,350oC, 450oC, 550oC,
650oC
Ø Proses Karbosinasi dengan furnace dilakukan selama 1 jam,
setelah dikeluarkan dari furnace arang enceng gondok dihaluskan dengan
menggunakan blender dan diayak ayak dengan ukuran 50 mesh hingga menjadi tepung
2. Pembuatan arang aktif tanah gambut
Ø Tanag gambut dikeringkan selama kurang lebih 3 hari atau
sampai tanah benar-benar kering
Ø Gambut kemudian dibungkus dengan alumunium foil dan
dilakukan proses karbonisasi pada suhu : 250oC,350oC, 450oC, 550oC,
650oC
Ø Selanjutnya arang gambut dikeluarkan dari furnace, dilhaluskan
dengan blender dan diayak dengan ukuran 10 mesh hingga menjadi tepung
3.4.2
Tahap Pengepresan
Ø Mencampurkan tepung arang enceng gondok dan tanah gambut sesuai dengan
variabel penelitian yaitu
80:20 menggunakan
Ø mixer agar campurannya homogen. Mencampur masing-masing
sampel dengan perekat tetes tebu sesuai dengan variabel yang digunakan yaitu 4%, 7%, 10%, 13%, 16%.
Ø Memasukkan adonan ke dalam cetakan briket kemudian meletakkan bilah besi di atas adonan dan mencetak adonan biobriket menggunakan mesin pres dengan tekanan 150kg/cm sampai menjadi padatan.
Ø Mengeluarkan hasil cetakan padatan biobriket secara perlahan-lahan dan melakukan penimbanganpada biobriket
untuk mendapatkan berat awal biobriket.
3.4.3
Tahap Pemanasan dengan Karbonisasi
Alat kiln ini dibuat untuk proses
pengarangan bahan baku berupa eceng gondok dengan jalan karbonisasi atau proses
pembakaran tidak sempurna (sedikit oksigen) sehingga didapatkan arang
aktif.
Ø Siapkan oven yang akan digunakan untuk pengeringan biobriket.
Ø Atur suhu pemanasan sesuai dengan variabel penelitian yang
digunakan yaitu sebesar
110oC.
Ø Atur lamanya pemanasan selama 2 jam.
Ø Melakukan penimbangan terhadap biobriket yang telah
kering untuk mendapatkan berat akhir biobriket.
JADWAL PENELITIAN
No.
|
Bulan ke-
|
1
|
2
|
3
|
|||||||||
Minggu ke-
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
1
|
Perijinan laboratorium
|
||||||||||||
2
|
Peninjauan bahan
|
||||||||||||
3
|
Persiapan alat dan bahan
|
||||||||||||
4
|
Proses Karbonisasi,
pengepresan dan pemanasan
|
||||||||||||
5
|
Karakterisasi dan pengujian Biobriket
|
||||||||||||
6
|
Analisis data
|
||||||||||||
7
|
Penyusunan laporan penelitian
|
||||||||||||
8
|
Seminar hasil penelitian
|
DAFTAR
PUSTAKA
Dharma, Dharma Untung Surya ; Nurlaila Rajabiah; Chika
Setyadi; Untung Surya. 2017. “Biobriket Dengan Perekat Berbahan Baku Tetes Tebu.”
6(1).
Djeni, Hendra. 2011. “Untuk Bahan Baku Briket Sebagai Bahan
Bakar Alternatif ( The Utilization of Water Hyancinth ( Eichornia Crassipes )
for Basic Comodity of Briquette in Order to Alternative Fuel ).” : 189–210.
Doloksaribu, Maryati. 2017. “Pembuatan Briket Arang Dari
Tanah Gambut Pengganti Kayu Bakar.” Maryati Doloksaribu (February).
Fachry, A Rasyidi et al. 2010. “Mencari Suhu Optimal Proses
Karbonisasi Terhadap Kualitas Briket Eceng Gondok.” 17(2): 55–67.
Fatmawati, Dian, and Heru Priyo Adiwibowo. 2014. “Pembuatan
Biobriket Dari Campuran Enceng Gondok Dan Tempurung Kelapa Dengan Perekat Tetes
Tebu.” Jtm 3(2): 315–22.
Hidayah, Nurul et al. 2014. “‘Brikket Cattapa Alternatif Briket
Bioarang Terbarukan Berbahan Buah Ketapang (Terminalia Cattapa) Yang Ramah
Lingkungan".” : 81–89.
Modestus, okwu O. 2016. “Development OF Water Hyacinth Briquetting Machine.” (May).
Rodrigues, Anthony J et al. 2014. “Converting Water Hyacinth
to Briquettes : A Beach Community Based Approach.” 4531: 358–78.
Rosdiana Moeksin*, Liliana Comeriorensi, Rika Damayanti.
2016. “Pembutan Bioethanol Dari Enceng Gondok (EICHHORNIA CRASSIPESS) Dengan Perlakuan Fermentasi.” 22(1): 9–17.
Rovita, Galin Dian et al. 2012. “Stratifikasi Vertikal NO3-N Dan PO4-P
Pada Perairan Di Sekitar Enceng Gondok (Eichornia Crassipes Solms) Dengan Latar Belakang Penggunaan Lahan Berbeda Di Rawa Pening Galin.” 1(3): 1–7.
Susanti, Pranatasari Dyah, Reni Setyo Wahyuningtyas, and
Adnan Ardhana. 2015. “Pemanfaatan Gulma Lahan Gambut Sebagai Bahan Baku Bio-Briket ( Utilization of Peat Swamp Weed
as Raw Material for Bio-Briquettes ).” Jurnal Penelitian Hasil Hutan
33(1): 35–46.
Utomo, Arif Fajar dan Nungki Primastuti. 2013. “Pemanfaatan
Limbah Furniture Enceng Gondok.” 2(2): 220–25.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Tahap
Analisa
Penelitian
ini menghasilkan produk berupa briket bioarang dari
enceng gondok yang perlu diuji. Pengujian proximat terhadap briket bioarang meliputi:
- Nilai Kalor (Calorific
Value)
Prinsip :
Nilai kalor ditentukan dengan cara membakar contoh di dalam bomb calorimeter
- Kadar Air Lembab (Inherent
Moisture)
Prinsip :
Kadar air dapat ditentukan dengan cara menghitung kehilangan berat dari contoh yang dipanaskan pada kondisi standar.
Rumus:
Kadar air (%) = x 100
Dimana:
a =
berat cawan + contoh (gr)
b =
berat cawan kosong (gr)
c =
berat cawan + contoh setelah dipanaskan(gr)
- Kadar Abu (Ash)
Prinsip : Kadar abu ditentukan
dengan cara menimbang residu (sisa) pembakaran sempurna dari contoh pada kondisi standar.
Rumus:
Kadar air (%) = x 100
Dimana:
a =
berat cawan + contoh (gr)
b =
berat cawan kosong (gr)
c =
berat cawan + contoh setelah dipanaska
0 komentar:
Posting Komentar