Subscribe:

Pages

Diary kecil Ega

Minggu, 03 Juni 2018

Pengaruh Kadar Perekat Dan Temperature Terhadap Kualitas Biobriket Dari Tanah Gambut Dan Enceng Gondok


RINGKASAN
            Keterbatasan akan ketersediaan sumber energi tak terbaharukan khususnya bahan bakar minyak  menjadi ancaman terbesar bagi masyarakat karena penggunaannya yang sangat essensial. Untuk itu pemerintah menggalakkan penggunaan energi alternatif untuk tujuan penghematan. Pemanfaatan energy energi alternatif, khususnya bagi energi yang dapat diperbaharui (renewable energy), satu diantaranya adalah biobriket dari biomassa.

Penyebaran enceng gondok  dan tanah gambut yang cepat menyebabkan sejumlah perairan menjadi tempat timbunan biomassa. Hal ini tentu saja menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan. Melalui penelitian terdahulu diketahui bahwa eceng gondok dan tanah gambut dapat diolah menjadi arang, yang apabila ditambahkan bahan pengikat dapat dibuat menjadi briket. Dalam penelitian ini, pembuatan biobriket dari bahan enceng gondok dan tanah gambut dengan bahan perekat dari tetes tebu. Kandungan selulosa enceng gondok saat kering mencapai 64,51% dan proses pembusukan tanah gambut dapat meningkatkan nilai kalor dan menurunkan kadar oksigen, sehingga campuran kedua bahan Enceng gondok dan tanah gambut berpotensi memberikan nilai kalor yang cukup tinggi, maka dapat dilakukan suatu pemanfaatan alternatif terhadap enceng gondok dan lahan gambut ini dengan jalan pembuatan briket arang. Hal inilah yang akan dikaji lebih lanjut, yaitu bagaimana meningkatkan nilai guna dari eceng gondok dan tanah gambut menjadi lebih baik lagi. Pada penelitian ini digunakan perekata dari tetes tebu karena memiliki daya seap terhadap air dan daya rekat yang cukup baik. Dalam pembuatan biobriket ini terdiri dari beberapa tahap diantaranya yaitu : persiapan bahan baku dan alat, pengarangan, pengarangan bahan baku, pengepresan, pemanasan dan tahap analisa yang meliputi analisa kadar air, kadar abu dan nilai kalor.
Kata Kunci: Biobriket, tanah gambut, enceng gondok, tetes tebu








BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Diera globalisasi pengaruh perkembangan ekonomi diberbagai sektor kehidupan terus mengalami peningkatan, salah satunya adalah kebutuhan akan energi. Kebutuhan akan energi terus meningkat tergantung pada bahan bakar yang berasal dari fosil dan tidak dapat diperbarui, serta akan menimbulkan polusi lingkungan. Bukan hanya negara-negara maju, tapi hampir semua negara mengalami. Termasuk Indonesia, Sementara itu cadangan energi nasional akan semakin menipis apabila tidak ditemukan cadangan energi baru. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai terobosan baru untuk mencegah terjadinya krisis energi. Salah satu sumber energi alternatif adalah biobriket yang berasal dari bahan organik. (Fachry et al. 2010)
            Enceng gondok merupakan tanaman pengganggu atau gulma yang dapat tumbuh dengan cepat (3% per hari) pada permukaan air atau rawa, enceng gondok mampu tumbuh secara cepat sehingga dapat mengakibatkan berbagai kesulitan seperti terganggunya transportasi, penyempitan sungai, dan masalah lain karena penyebarannya yang menutupi permukaan sungai/perairan.
            Pemilihan eceng gondok dan didasarkan pada dua alasan Pertama, tanaman itu murah dan mudah ditemukan di sungai-sungai sekitar kota Surakarta, Kedua, pemanfaatan eceng gondok bisa menjadi solusi terhadap masalah lingkungan yang ditimbulkannya, yang sedemikian cepat menjadikan tanaman ini menimbulkan sederet masalah.
            Eceng gondok juga dapat mempercepat pendangkalan sungai karena tanaman yang mati akan turun dan mengendap di dasar sungai. Selain itu, daunnya yang lebar dan banyak akan mengakibatkan penguapan sungai lebih cepat terjadi. Persoalan lain yang dapat ditimbulkannya, banyak nyamuk yang bersarang di eceng gondok.
            Tanah  gambut merupakan salah satu potensi sebagai bahan baku bio-briket, karena tersedia secara melimpah disekitar kota Surakarta dan tersebar secara luas di kawasan gambut. Luas lahan gambut di Indonesia adalah 20,6 juta hektar yang tersebar di Sumatera 35%, Kalimantan 32%, Sulawesi 3%, dan Papua 30% (Susanti, Wahyuningtyas, and Ardhana 2015). Selama ini gulma pada lahan gambut dipandang sebagai masalah utama dalam kegiatan budidaya perkebunan. Supaya enceng gondok dan tanah gambut ini tidak menumpuk dan menjadi limbah organik. Enceng gondok dan tanah gambut berpotensi memberikan nilai kalor yang cukup tinggi, maka dapat dilakukan suatu pemanfaatan alternatif terhadap enceng gondok dan lahan gambut ini dengan jalan pembuatan briket arang. Hal inilah yang akan dikaji lebih lanjut, yaitu bagaimana meningkatkan nilai guna dari eceng gondok dan tanah gambut menjadi lebih baik lagi. Kemudian setelah dilakukan berbagai percobaan akhirnya ditemukan solusi yang cukup efektif mengurangi masalah lingkungan yang ada serta bisa dijadikan sebagai pengganti bahan bakar yang biasa digunakan oleh masyarakat yaitu memanfaatkan tumbuhan eceng gondok dan tanah gambut dengan diproses terlebih dahulu sehingga dapat menjadi bahan bakar. Gagasan dari solusi ini diberi judul “PENGARUH KADAR PEREKAT DAN TEKANAN TERHADAP NILAI KALOR PADA PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DARI TANAH GAMBUT DAN ENCENG GONDOK”.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1.      Bagaimana pengaruh variasi temperature briket terhadap karakteristik fisik yaitu nilai kalor arang briket tanah gambut dan eneng gondok
2.      Bagaimana pengaruh kadar perekat terhadap uji nilai kalor briket tanah gambut dan enceng gondok

1.3   Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui pengaruh variasi temperature terhadap karakteristik fisik briket arang tanah gambut dan enceng gondok
2.      Mengetahui pengaruh variasi kadar perekat terhadap uji nilai kalor briket tanah gambut dan enceng gondok

1.4   Manfaat Penelitian
1.      Memberikan informasi tentang cara pembuatan biobriket dari tanah gambut dan enceng gondok.
2.      Mengetahui pengaruh apa saja dalam pembuatan biobriket dari tanah gambut dan enceng gondok
3.      Meningkatkan nilai guna dari tanah gambut dan enceng gondok


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Biobriket
      Bahan Bakar adalah istilah populer media untuk meyalakan api. Bahan bakar dapat bersifat alami (ditemukan langsung dari alam), tetapi juga  bersifat buatan (diolah dengan teknologi maju). Bahan bakar alami misalnya kayu akar, batu bara dan minyak bumi. Bahan  bakar buatan misalnya gas alam cair dan listrik.(Hidayah et al. 2014)
      Biobriket merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka macam bahan hayati atau biomassa,  misalnya kayu, ranting, daun-daun, rumput, jerami, kertas, ataupun limbah pertanian lainya yang dapat dikarbonisasi.(Hidayah et al. 2014) Briket adalah metode transformasi sebuah zat berbentuk butiran atau granular yang menjadi sangat banyak elemen berukuran proporsional dan lebih nyaman dipakai sebagai bahan bakar (Modestus, okwu O 2016). Penggunaan biobriket sebagai bahan bakar merupakan salah satu solusi alternatif untuk menghemat pemakaian bahan bakar fosil dan dalam penggunaan secara berkelanjutan dapat mengurangi dampak emisi karbon (Fachry et al. 2010)

2.2  Enceng Gondok
      Enceng Gondok adalah anggota keluarga pickerelweed (Pontederiaceae) dan namanya Eichhornia berasal dari politisi Prusia abad 19 yang terkenal, J.A.F. Eichhorn. Tanaman tropis ini menyebar ke seluruh dunia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sekarang ini Enceng Gondok sangat terkenal karena terkenal karena potensi reproduksinya dan sebagai tanaman yang dapat menggandakan populasinya hanya dua belas hari (Rodrigues et al. 2014)
      Dihabitat aslinya enceng gondok dapat tumbuh dengan sagat pesat jika kondisi lingkungan yang sangat mendukung seperti rawa yang luas, kondisi suhu yang lembab, dan kelimpahan Nutrisi menyebabkan gulma ini menyebar dengan sangat subur sehingga menutupi permukaan air dengan warna matt yang mengapung diatas permukaan air, dengan warna bunga biru yang menarik, ungu sampai keunguan dan daun yang berbentuk bulat dan oval. Tanaman ini telah menyebar sangat cepat di negara-negara Amerika Latin, Karibia, Afrika, Asia Tenggara dan Pasifik (Rodrigues et al. 2014). Pertumbuhan enceng gondok yang sanagt cepat menimbulkan beberapa dampak negatif karena akar dan daunnya dibiarkan begitu saja, sehingga menyebabkan pendangkalan, sedimentasi dan pembusukan. (Rovita et al. 2012)
Dan untuk kandungan enceng gondok adalah sebagai berikut: (Moeksin Rosdiana et all., 2016)
Tabel 1. Kandungan enceng gondok

No
Senyawa kimia
Presentase (%)
1
Air
92,6
2
Abu
0,44
3
Serat kasar
2,09
4
Karbohidrat
0,17
5
Lemak
0,35
6
Protein
0,16
7
Fosfor P2O5
0,52
8
Kalium sebagai K20
0,42
9
Klorida
0,26
10
Alkanoid
2,22
Total :
99,23





            Tabel 2. Kandungan Kimia Eceng Gondok kering

No
Senyawa kimia
Presentase (%)
1
Abu
12
2
Lignin
7,69
3
Selulosa
64,51
4
Silika
5,56
5
Pentosa
15,61
Total
105,37

Klasifikasi Enceng Gondok
Kingdom               : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom          : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi          : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                     : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                     : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas              : Alismatidae
Ordo                      : Alismatales
Famili                    : Butomaceae
Genus                    : Eichornia
Spesies                  : Eichornia crassipes (Mart.) Solms
      Berikut ini adalah isi kandungan dari enceng gondok yaitu : Eceng Gondok mengandung energi sebesar 18 kilokalori, protein 1 gram, karbohidrat 3,8 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 80 miligram, fosfor 45 melakukan penelitian terhadap 100 gram Eceng Gondok, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 70 % dan zat besi 4 miligram.  Selain itu di dalam Eceng Gondok juga mengandung vitamin A sebanyak 1000 IU, vitamin B1 0,08 miligram dan vitamin C 50 miligram. (Djeni 2011)


2.3  Tanah Gambut
      Gambut merupakan salah satu penyusun bahan bakar yang terdapat di bawah permukaan tanah. Gambut mempunyai kemampuan dalam menyerap air, karena itu, meskipun tanah di bagian atasnya sudah kering, di bagian bawahnya tetap lembab dan bahkan relatif masih basah karena mengandung air. Sehingga sebagai bahan bakar bawah permukaan ia memiliki kadar air yang lebih tinggi dari pada bahan bakar permukaan (serasah, ranting, log) dan bahan bakar atas (tajuk pohon, lumut, epifit). Saat musim kemarau, permukaan tanah gambut cepat sekali kering dan mudah terbakar (Doloksaribu 2017).
      Tanah gambut terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tanaman yang telah mati sebagian mengalami perombakan, mengandung minimal 12 – 18% C-organik dan ketebalan minimal 50 cm. Secara taksonomi tanah gambut disebut juga sebagai tanah Histosol atau Organosol bila memiliki ketebalan lapisan gambut > 40 cm, bila bulk  density > 0,1 g/cm3. (Susanti, Wahyuningtyas, and Ardhana 2015).
      Di indonesia lahan tanah gambut diperkirakan mencapai 13 Ha yang dibedakan ke dalam gambut dangkal, gambut sedang, dan gambut dalam. Berikut kandungan yang ada dialam tanah gambut antara lain : Karbon (C), Nitrogen (N), Oksigen (O), dan Hidrogen (H). Tingkat pembusukan yang terjadi pada gambut dapat meningkatkan kadar karbon sehingga gambut dapat diolah menjadi arang aktif/biobriket.

2.4  Perekat Molases
      Tetes Tebu atau yang sering disebut Molases adalah  hasil samping industri penggolahan gula dengan wujud bentuk cair. Molasses sendiri  merupakan sumber energy yang mengandung glukosa didalamnya. Molasses biasanya banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan zat gizi yang cukup baik. Molases memiliki kandungan protein kasar 3,1 %, serat kasar 0,6 %, BETN 83,5 %,  lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.  Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (Dharma untung surya et all., 2017)
1.      Cane-molasses, merupakan molasses yang memiliki kandungan 25 -40 % sukrosa dan 12 – 25 % gula pereduksi dengan total kadar gula 50 – 60 % atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8 – 10 %, yang sebagian besar terbentuk dari K, Ca, C1, dan garam sulfat
2.      Beet-molasses Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15– 25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup manis. 

2.5  Proses Karbosinasi
           Proses Karbosinasi adalah Proses dimana bahan-bahan dipanaskan dengan kontak udara didalam ruangan sehingga terbentuk arang. Proses ini merupakan proses pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan organik dengan kandungan jumlah oksigen yang sangat terbatas, yang dapat menghasilkan arang sehingga terjadi penguraian senyawa organik yang menyusun struktur bahan membentuk uap air, methanol, uap-uap asam asetat dan hidrokarbon. Proses pengarangan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut : (Fachry et al. 2010)
a)      Penguapan air, yaitu penguraian selulosa menjadi destilat yang sebagian besar mengandung asam-asam dan metanol.
b)      Penguraian selulosa secara intensif sehingga menghasilkan gas serta sedikit air.
c)      Penguraian senyawa lignin menghasilkan lebih banyak tar yang akan bertambah jumlahnya pada waktu yang lama dan suhu tinggi.
d)     Pembentukan gas hidrogen merupakan proses pemurnian arang.





2.6  Standar Nasional Indonesia Briket
Berikut ini adalah data standar SNI : ((Fatmawati and Adiwibowo 2014)
Tabel 3. Kandungan Kimia Eceng Gondok kering

No

Jenis Analisa

Standar Mutu Briket
Jepang
Inggris
Amerika
SNI
1
Kadar Air (%)
Mak 8
Mak 4
Mak 6
Mak 8
2
Kadar Abu (%)
Mak 7
Mak 10
Mak 16
Mak 10
3
Kerapatan (gr/cm3)
1,0-1,2
0,46-0,84
1,0-1,2
0,5-0,6
4
Kuat tekan (kg/cm3)
Min 60
Min 12,7
Min 62
Min 50
5
Nilai kalor (kal/gr)
5000-6000
Min 5870
4000-6500
Min 5600

2.7  Parameter Kualitas Briket
           Berikut adalah beberapa parameter yang mempengaruhi kualitas briket antara lain :
1)      Kandungan Air
Moisture yang dikandung dalam briket dapat dinyatakan dalam dua macam :
·         Free moisture (uap air bebas)  yaitu uap air yang dapat hilang dengan penguapan, misalnya dengan air-drying. Kandungan free moisture sangat penting dalam perencanaan coal handling dan preperation equipment.
·         Inherent moisture (uap air terikat) Kandungan inherent moisture dapat ditentukan dengan memanaskan briket antara temperatur 104 – 110oC selama satu jam.

2)      Kandungan Abu
 Pada umumnya semua  semua briket mengandung kandungan zat anorganik apabila dibakar akan terdapat kandungan abu. Kandungan Abu briket berasal dari clay, pasir dan zat mineral lainnya. Briket dengan kandungan abu yang tinggi sangat tidak menguntungkan karena akan membentuk kerak.
3)      Nilai Kalor
Nilai kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan oleh 1 gr bahan bakar unruk dapat meningkatkan temperature 1 gr air dari suhu 3,5oC-4,5oC. (Utomo 2013)

2.8  Hasil Penelitian Sebelumnya
Berasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya didapat kan hasil sebagai berikut :
1.      dengan metode proximate  untuk membuat Biobriket dengan bahan baku enceng gondok dengan pengaruh suhu (300, 400, 500, 600)oC dan kadar perekat 10 % didapatkan hasil nilai kalor sebesar kalor sebesar 5666 Cal/gr, kadar air dengan   persentase  sebesar   5,304 %, dan kadar abu sebesar 18,297 % (Fachry et al. 2010)
2.      dengan metode proksimasi untuk membuat biobriket dengan bahan baku enceng gondok dengan pengaruh suhu 250o  dan kadar perekat 40% didapatkan hasil nilai kadar air terendah 6,45%, kadar abu terendah 4,77%, dan nilai kalor tertinggi 6267,072 kal/gr.(Fatmawati and Adiwibowo 2014)
3.      Dengan metode rancangan acak lengkap untuk membuat biobriket dengan bahan baku tanah gambut dengan variasi suhu 200o dan kadar perekat sebesar 5% didapatkan hasil nilai kalor sebesar (4.647,9 kal/g), kadar air (5,48%), dan kadar abu (8,78%) (Susanti, Wahyuningtyas, and Ardhana 2015)


2.9  Hipotesis Penelitian
      Dari penelitian dibuat sebuah hipotesis bahwa adanya hubungan antara kadar perekat dan temperature terhadap kualitas bioplastik. Ada beberapa tahapan pengujian yang harus dilakukan untuk memperkuat hipotesis yaitu :
1.      Normalitas Data
Hipotesis :
     Jika nilai Sig. > 0,05 maka data Berdistribusi Normal.
     Jika nilai Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
2.      Uji Korelasi
Hipotesis
Ø  H0 : Tidak ada korelasi yang signifikan antara kedua kelompok.
Ø  H1 : Ada korelasi yang signifikan antara kedua kelompok.
·         Jika nilai sig, < 0,05 maka ada korelasi ( H1 diterima)
·         Jika nilai sig. > 0,05 maka tidak ada korelasi ( H0 diterima).
3.      Uji  Manova
            Metode yang digunakan untuk mengeksplorasi hubungan diantara beberapa variable independen yang berjenis kategorikal (bisa data nominal atau ordinal) dengan beberapa variable dependen yang berjenis metric (bisa data interval atau rasio).
Dalam pengambilan keputusan adalah :
•Jika nilai Sig. > 0,05 maka H0 diterima
•Jika nilai Sig. < 0,05 maka H1 ditolak



BAB III
METODE PENELITIAN

            Metode penelitian yang digunakan adalah Analisa proksimasi yang dilakukan meliputi kadar air, kadar abu, dan nilai kalor biobriket. Dengan  komposisi jenis perekat yang terdiri dari lima variasi kadar perekat (4%, 7%, 10%, 13%, 16%) dan pengaruh temperature karbonisasi dengan variasi 250oC,350oC, 450oC, 550oC, 650oC

3.1  Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
      Pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan September  sampai bulan November di Laboratorium Teknik Kimia UMS. Untuk pengujian terhadap nilai kalor biobriket di Laboratorium Teknik Kimia UMS.
3.2  Variable penelitian
      Pada penelitian ini terdapat dua variable yaitu variable bebas yang diujikan dan variable tetap dengan semua perlakuan dalam kondisi yang sama. Variable bebas yang digunakan adalah komposisi kadar  perekat  dan temperature.
a.       Variable Bebas
Ø  Kadar perekat                      : 4%, 7%, 10%, 13%, 16%
Ø  Temperature Karbonisasi   : 250oC, 350oC, 450oC, 550oC,                                                   650oC
b.      Variable tetap
Pada penelitian ini variable tetap berupa:
Ø  massa enceng gondok 20 gram
Ø  massa tanah gambut 80 gram
c.       Variable tergantung
Ø  Nilai kalor
Ø  Nilai kadar abu
Ø  Nilai kadar air
            Percobaan dilakukan untuk mengetahui pengaruh kadar perekat  dan temperature terhadap kualitas biobriket dari enceng gondok dan tanah gambut. Percobaan akan dicobakan pada kadar perekat 5 level (4%, 7%, 10%, 13%, 16%) dan suhu pada 5 level (: 250oC, 350oC, 450oC, 550oC, 650oC) dengan ulangan sebanyak tiga kali. Secara garis besar rancangan penelitian ditunjukkan
            Tabel 4. Rancangan Percobaan Dua Arah antara kadar perekat briket                                   dengan temperatur


No

Kadar Perekat
Temperature (oC)
Hasil Uji
Nilai Kalor (kal/gr)
Kadar Abu (%)
Kadar Air (%)
1
4
250



2
7
350



3
10
450



4
13
550



5
16
650





3.3  Alat dan Bahan
1.      Alat
Tabel 5. Daftar alat dalam pembuatan biobriket

No
Nama Alat
Jumlah
1
Alat penjepit
1
2
Ayakan
1
3
Cetakan briket
1
4
Cawan porselin
1
5
Drum tempat pembakaran
1
6
Erlemeyer 250 ml
1
7
Gelas ukur 250 ml
1
8
Heater
1
9
Jangka sorong
1
10
Mesin hydroulic
1
11
Neraca analitik
1
12
Oven
1
13
Pengaduk
1
14
Thermometer
1

2.      Bahan
Tabel 6.  Daftar bahan dalam pembuatan biobriket

No
Nama Bahan
Jumlah
1
Air
Secukupnya
2
Enceng gondok
100 gram
3
Perekat molases
50 gram
4
Tanah gambut
400 gram



3.4  Prosedur Penelitian
3.4.1    Persiapan penelitian
Proses persiapan penelitian meliputi :
Ø  Mempersiapkan alat dan bahan
Ø  Pemisahan bagian enceng gondok yaitu daun dan batang dari bagianyang tidak digunakan seperti akar dan kotoran yang menempel. Tanah gambut juga dibersihkan dari kotoran yang masih menempel pada tanah dan Enceng gondok di jemur selama ± 3 hari sampai benar-benar kering.
Ø  Enceng gondok yang telah kering tersebut dipotong-potong dengan ukuran 1-2 cm untuk memudahkan karbonisasi dalam furnace.
3.4.2 Tahap Pengarangan bahan baku enceng gondok dan tanah gambut
Proses pembuatan arang aktif meliputi :
1.      Proses Karbonisasi enceng gondok
Ø  Bahan baku yang telah kering, kemudian diarangkan dalam drum secara bergantian.
Ø   Proses karbosinasi dengan variasi temperature yang menjadi varibel pada penelitian yaitu : 250oC,350oC, 450oC, 550oC, 650oC
Ø  Proses Karbosinasi dengan furnace dilakukan selama 1 jam, setelah dikeluarkan dari furnace arang enceng gondok dihaluskan dengan menggunakan blender dan diayak ayak dengan ukuran 50 mesh hingga menjadi tepung
2.      Pembuatan arang aktif tanah gambut
Ø  Tanag gambut dikeringkan selama kurang lebih 3 hari atau sampai tanah benar-benar kering
Ø  Gambut kemudian dibungkus dengan alumunium foil dan dilakukan proses karbonisasi pada suhu : 250oC,350oC, 450oC, 550oC, 650oC
Ø  Selanjutnya arang gambut dikeluarkan dari furnace, dilhaluskan dengan blender dan diayak dengan ukuran 10 mesh hingga menjadi tepung
3.4.2         Tahap Pengepresan
Ø  Mencampurkan tepung arang enceng gondok dan tanah gambut  sesuai dengan variabel penelitian yaitu  80:20 menggunakan
Ø  mixer agar campurannya homogen. Mencampur masing-masing sampel dengan perekat tetes tebu sesuai dengan variabel yang digunakan yaitu 4%, 7%, 10%, 13%, 16%.
Ø  Memasukkan adonan ke dalam cetakan briket kemudian meletakkan bilah besi di atas adonan dan mencetak adonan biobriket menggunakan mesin pres dengan tekanan 150kg/cm sampai menjadi padatan.
Ø  Mengeluarkan hasil cetakan padatan biobriket secara perlahan-lahan dan melakukan penimbanganpada biobriket untuk mendapatkan berat awal biobriket.
3.4.3         Tahap Pemanasan dengan Karbonisasi
Alat kiln ini dibuat untuk proses pengarangan bahan baku berupa eceng gondok dengan jalan karbonisasi atau proses pembakaran tidak sempurna (sedikit oksigen) sehingga didapatkan arang aktif. 
Ø  Siapkan oven yang akan digunakan untuk pengeringan biobriket.
Ø  Atur suhu  pemanasan sesuai dengan variabel penelitian yang digunakan yaitu sebesar 110oC.
Ø  Atur lamanya pemanasan selama 2 jam.
Ø  Melakukan penimbangan terhadap biobriket yang telah kering untuk mendapatkan berat akhir biobriket.



JADWAL PENELITIAN
No.
Bulan ke-
1
2
3
Minggu ke-
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Perijinan laboratorium












2
Peninjauan bahan












3
Persiapan alat dan bahan












4
Proses Karbonisasi, pengepresan dan pemanasan












5
Karakterisasi dan pengujian Biobriket












6
Analisis data












7
Penyusunan laporan penelitian












8
Seminar hasil penelitian





























DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Dharma Untung Surya ; Nurlaila Rajabiah; Chika Setyadi; Untung Surya. 2017. “Biobriket Dengan Perekat Berbahan Baku Tetes Tebu.” 6(1).

Djeni, Hendra. 2011. “Untuk Bahan Baku Briket Sebagai Bahan Bakar Alternatif ( The Utilization of Water Hyancinth ( Eichornia Crassipes ) for Basic Comodity of Briquette in Order to Alternative Fuel ).” : 189–210.

Doloksaribu, Maryati. 2017. “Pembuatan Briket Arang Dari Tanah Gambut Pengganti Kayu Bakar.” Maryati Doloksaribu (February).

Fachry, A Rasyidi et al. 2010. “Mencari Suhu Optimal Proses Karbonisasi Terhadap Kualitas Briket Eceng Gondok.” 17(2): 55–67.

Fatmawati, Dian, and Heru Priyo Adiwibowo. 2014. “Pembuatan Biobriket Dari Campuran Enceng Gondok Dan Tempurung Kelapa Dengan Perekat Tetes Tebu.” Jtm 3(2): 315–22.

Hidayah, Nurul et al. 2014. “‘Brikket Cattapa Alternatif Briket Bioarang Terbarukan Berbahan Buah Ketapang (Terminalia Cattapa) Yang Ramah Lingkungan".” : 81–89.

Modestus, okwu O. 2016. “Development OF Water Hyacinth Briquetting Machine.” (May).

Rodrigues, Anthony J et al. 2014. “Converting Water Hyacinth to Briquettes : A Beach Community Based Approach.” 4531: 358–78.

Rosdiana Moeksin*, Liliana Comeriorensi, Rika Damayanti. 2016. “Pembutan Bioethanol Dari Enceng Gondok  (EICHHORNIA CRASSIPESS) Dengan Perlakuan Fermentasi.” 22(1): 9–17.

Rovita, Galin Dian et al. 2012. “Stratifikasi Vertikal NO3-N Dan PO4-P Pada Perairan Di Sekitar Enceng Gondok (Eichornia Crassipes Solms) Dengan Latar Belakang Penggunaan Lahan  Berbeda Di Rawa Pening Galin.” 1(3): 1–7.

Susanti, Pranatasari Dyah, Reni Setyo Wahyuningtyas, and Adnan Ardhana. 2015. “Pemanfaatan Gulma Lahan Gambut Sebagai Bahan Baku Bio-Briket ( Utilization of Peat Swamp Weed as Raw Material for Bio-Briquettes ).” Jurnal Penelitian Hasil Hutan 33(1): 35–46.

Utomo, Arif Fajar dan Nungki Primastuti. 2013. “Pemanfaatan Limbah Furniture Enceng Gondok.” 2(2): 220–25.




LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.      Tahap Analisa
            Penelitian ini menghasilkan produk berupa briket bioarang dari enceng gondok yang perlu diuji. Pengujian proximat terhadap briket bioarang meliputi:
  1. Nilai Kalor (Calorific Value)
Prinsip   :  Nilai kalor ditentukan dengan cara membakar contoh di dalam bomb calorimeter 

  1. Kadar Air Lembab (Inherent Moisture)
Prinsip  :  Kadar air dapat ditentukan dengan cara menghitung kehilangan berat dari contoh yang dipanaskan pada kondisi standar.
Rumus:
Kadar air (%) =  x 100
Dimana:
a  =  berat cawan + contoh (gr)
b  =  berat cawan kosong (gr)
c  =  berat cawan + contoh setelah dipanaskan(gr)

  1. Kadar Abu (Ash)
Prinsip :  Kadar abu ditentukan dengan cara  menimbang residu (sisa) pembakaran   sempurna dari contoh pada kondisi standar.
Rumus:
Kadar air (%) =  x 100
Dimana:
a  =  berat cawan + contoh (gr)
b  =  berat cawan kosong (gr)
c  =  berat cawan + contoh setelah dipanaska













0 komentar:

Posting Komentar